Sabtu, 18 Juli 2009

Kerja keras untuk Surga

Hari ini sangat terasa sekali keagungan Allah SWT melalui berbagai fenomena yang terjadi. Entah saya yang ge'er atau bagaimana, dunia terasa terang benderang, tiada beban dalam hidup ini. Bahagia. Saya baca beberapa informasi mengenai keadaan sosial - ekonomi di lingkungan sekitar. Banyak kejadian yang menurut saya bernada sama. Kriminal, depresi rumah tangga, hiruk pikuk bisnis, dan lain sebagainya. Saya bandingkan dengan zaman-zaman yang telah berlalu melalui beberapa literatur, ternyata masalah manusia sama saja. Ketamakan, ketakutan, keserakahan, dll selalu mengintai hidup kita. Tentunya semua orang juga tahu bahwa kita sendirilah yang menghadirkan masalah itu. Kita sendiri yang mengundangnya dari pikiran-pikiran yang dipenuhi rasa takut, serakah, dll. Sehingga semakin komplexlah keadaan sosial kita sekarang. Memang sangat benar sabda Rosulullah SAW yang mengisyaratkan bahwa untuk menjaga keselamatan kita harus berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan Sunnah. Ini sangat terasa benar melalui pengalaman spiritual yang saya alami. Beberapa kejadian yang terjadi di sekeliling saya dimaknai melalui sudut pandang Islam. Memang berbeda. Beberapa sumber menyebutkan bahwa sekarang kita telah memasuki era spiritual dimana pencarian manusia akan jati dirinya dan kebahagiaan telah mulai digapai. Memang banyak sekali pelatihan menuju kebahagiaan atau kepuasan spiritual ini, tapi yang paling penting setelah melalui pelatihan itu adalah berusaha menghadirkan suasana tersebut dalam keseharian. Ini merupakan perjuangan yang tidak ringan. Ibarat orang membangun kekayaan yang memerlukan kerja keras. Ini pun memerlukan komitmen kita. Pantas saja ustadz saya bilang bahwa untuk mencapai surga harus melalui rintangan yang sangat keras (penuh dengan duri, jalan yang sepi). Ternyata bagi saya sekarang itu semuanya masuk akal. Untuk menghadirkan kebahagiaan di dunia pun harus kerja keras & cerdas. Apalagi dengan surga Allah SWT nanti?

Jumat, 03 Juli 2009

Wahai Para Politisi, Sudahkah Anda Bahagia?

Kembali saya mendengarkan talkshow pada radio Smart FM Jakarta (95,9FM). Tadinya niat saya adalah mencari inspirasi untuk membuat artikel kampanye STOP DREAMING START ACTION-nya Joko Susilo, tapi ya sudahlah saya tulis liputan yang sebenarnnya saja. Pagi ini Jumat (3/7) jam 07.00 wib membahas tentang kebahagiaan. Arvan Pradiansyah, seorang pengarang buku The 7 Law Of Happiness yang menjadi narasumbernya. Beliau adalah seorang lulusan FISIP. Informasinya sangat menarik, kebetulan beliau juga sudah melaunching buku barunya yang berjudul Kalau Mau Bahagia Jangan Jadi Politisi. Berikut adalah cuplikan dari acara tersebut: Tahun 2009 adalah tahun politik, dimana banyak sekali kegiatan-kegiatan politik nasional dan daerah. Politik merupakan gejala normal dalam kehidupan. Ada baiknya kita menyamakan dulu pengertian dari kata politik. Politik adalah sebuah usaha atau upaya untuk membuat orang lain atau masyarakat menjadi sejahtera. Tanpa politik keadaan masyarakat akan kacau, yang bisa menimbulkan adanya hukum rimba. Ini diusahakan dengan cara membuat aturan main (hukum) yang disepakati bersama. Politik sangatlah berguna bagi kehidupan sehari-hari. Banyak orang di masyarakat kita apatis dengan kegiatan perpolitikan. Mereka memandang politik sebagai kegiatan-kegiatan kotor. Sebelum mengarah lebih jauh, ada baiknya kita mengenal istilah Politisi. Politisi atau politikus adalah orang yang bekerja di ranah politik. Seorang negarawan Perancis yang bernama Charles de Gaul dengan bijaknya mengatakan bahwa urusan politik terlalu serius kalau diberikan kepada politisi. Ada baiknya politik diberikan kepada seorang profesional. Kenapa? karena di situ kegiatan politik akan dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Berikut ini adalah perbedaan antara dasar pemikiran politik yang dianut sekarang dengan dasar kebahagiaan berdasarkan cinta: Getting vs Giving. Politisi selalu berpikir who get, what, when, how. Siapa yang mendapat, apa yang didapat, kapan itu didapatkan, bagaimana cara mendapatkan. Sedangkan prinsip kebahagiaan adalah memberi, memberi dan memberi. Selama ini kita melihat bagaimana suatu koalisi yang acak-acakan baik itu di tingkat nasional atau daerah. Hal ini dikarenakan dasar pemikiran yang berbeda. Bagaimanapun ketika mereka membicarakan soal kesamaan platform maka yang sebenarnya terjadi adalah bukan itu. Bukan platform yang sama, bukan cita-cita yang sama, tapi kepentingan yang sama. Kepentingan vs Cinta. Dalam pakem perpolitikan sekarang ada istilah: tidak ada teman atau musuh yang abadi. Yang abadi hanya kepentingan. Ini jelas akan membuat bingung. Tidak jelas mana teman & mana musuh. Tapi ada juga pepatah politik yang mengatakan; temannya musuh adalah musuh kita, musuhnya teman adalah musuh kita, musuhnya musuh adalah teman kita. Komentar penulis: prinsip ini akan membuat kita selalu mencampuri urusan orang lain. Berpihak kepada tokoh (group oriented) vs Berpihak Kepada Kebenaran. Dalam kancah perpolitikan sungguh banyak orang (politisi) yang selalu membela tokohnya walaupun salah. Mereka mengupayakan berbagai macam cara untuk membela seseorang. Beberapa Pengamat Politik yang seharusnya netral, telah mempertaruhkan namanya sebagai pengamat dengan cara berpihak kepada seseorang. Sudah jelas salah kok masih dibela. Berjuang untuk mengalahkan orang lain vs Berjuang mengalahkan diri sendiri. Kita analogikan sebagai berikut: seorang politisi melihat dunia sebagai kue. Ketika orang lain sudah mendapatkan bagiannya maka dia berpikir akan mendapatkan sisanya. Maka berupayalah dia supaya mendapatkan kue itu utuh menjadi bagiannya. Mereka berprinsip senang melihat lawan politik susah dan susah melihat lawan politik senang. Lain lagi dengan prinsip cinta yang dikutip dari kata-kata Sang Budha: ribuan lilin bisa dinyalakan dari sebatang lilin. Berusaha agar terlihat baik (looks good) vs Berusaha agar menjadi baik (be good). Apakah ada politisi yang memberi? Jawabannya adalah Banyak! Mereka berbagi kepada masyarakat tentang informasi & kesempatan. Bekerja untuk masyarakat agar lebih baik. Bahkan ada yang membagikan uangnya, memberikan bersak-sak semen, membagikan buku-buku kepada murid-murid SD, memberikan bantuan kepada rakyat yang terkena musibah lalu setelah itu berfoto-foto di tempat tersebut di bawah benderanya, dll. Pertanyaannya itu semua atas dasar motivasi apa? Komentar penulis: Secara kasat mata kita bisa melihat keikhlasan mereka dalam memberi. Ketika sukses mereka memberi lagi hadiah kepada para pendukungnya (mereka hanya memberi kepada orang yang disinyalir akan memberikan suaranya). Tapi apa yang terjadi ketika mereka gagal? apa yang terjadi dengan barang pemberiannya? Tentunya banyak media yang membahasnya. Ada 2 pertanyaan dari sekian pertanyaan yang berhasil saya rekam: Bagaimana cara saya memilih tanggal 8 Juli nanti? Jawab: Jangan terpengaruh dengan janji, karena janji itu hanya teori. Lihat apa yang sudah dilakukannya? Past behaviour predicted future behaviour. Kebiasaan lama mencerminkan kebiasaan yang akan datang. Bagaimana kalau saya golput? apakah sebagai masyarakat biasa kita bisa berpartisipasi dalam politik? Jawab: justru orang biasa harus berpartisipasi di politik. Jangan menjadi golput atau apatis. Jika kita tidak pernah turut memikirkan politik maka wadah-wadah politik akan diisi oleh POLITISI yang membawa jauh perpolitikan dari kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. Arvan Pradiansyah menghimbau kalau mau bahagia jadilah seorang negarawan. Pola pikir seorang politisi adalah berprinsip who get, what, when, how, mengatasnamakan platform, dan selalu memikirkan pemilihan yang akan datang. Lain lagi dengan seorang Negarawan yang berprinsip why & where. Mengapa-tentunya ini melibatkan hati nurani. Kemana-ini menyangkut visi dan platform. Yang paling utama seorang negarawan selalu memikirkan generasi yang akan datang, yang akan meneruskan visinya. Semoga provokasi ini bisa menembus kedalam sel-sel otak pembacanya dan berpengaruh besar terhadap kehidupannya. Semoga menjadi lebih berbahagia.

Rabu, 01 Juli 2009

Titik Balik Peradaban Dunia

Ketika saya menonton DVD kiriman Pak Nasrullah mengenai bisnis properti syariah, di situ dijelaskan bahwa negara-negara barat yang kemajuannya sekarang belum tertandingi telah mencapai tingkat pemikiran dan perasaan yang sangat maju. Dijelaskan bahwa pemikiran yang selalu positif, diikuti perasaan yang baik akan membawa pada kemajuan individu. Yang mana bila hal ini dilakukan secara kolektif akan membawa kepada kemajuan pada bangsanya. Memang tidak 100% orang barat yang melaksanakan hal ini. Mungkin kurang dari setengahnya tapi dampak kemajuannya sangat luar biasa. Jika kita sendiri yang melihat kehidupan di negara-negara maju tentunya kita akan merasa sangat ingin untuk hidup di sana. Dari persoalan kehidupan yang sepele hingga yang paling besar sekalipun, sangat terlihat perbedaan antara kehidupan mereka dengan kita. Terutama pada bidang pelayanan masyarakat, bidang militer, ekonomi, olah raga, dll semua mereka kuasai. Disanalah tempat lahirnya multi milyuner, tokoh-tokoh besar, para penemu dan para penguasa. Sepertinya mereka telah menemukan ramuan ajaib untuk hidup di alam dunia ini. Namun sayang masih ada yang kurang pada diri mereka, yaitu keserakahan dan cinta dunia yang terus diikuti dalam kehidupannya. Angka bunuh diri meningkat pesat, kecanduan narkoba, pelanggaran HAM, keretakan rumah tangga dan perang yang merebak di mana-mana telah menjadi kehidupan sehari-hari mereka. Inikah yang mereka inginkan? Betulkah konsep mereka ini telah sempurna? Sepertinya ini akan menjadi titik balik dari peradaban mereka. Siapa sangka Lehman Brothers yang telah menjadi simbol kejayaan mereka selama 150 tahun, hancur bersama dengan perusahaan kapitalis lainnya. Materialisme yang mereka agungkan, yang segalanya selalu dihitung dari sudut materi, yang mana manusia dipandang sebagai benda dan objek pasar, perlahan-lahan akan masuk kotak karena perkembangan zaman. Hal ini bukannya tidak disadari oleh mereka, Robert T. Kiyosaki -seorang kapitalis- mengatakan bahwa dunia akan mengalami kebangkrutan dengan interval yang semakin cepat. Nah, sekarang bagaimana dengan Bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari masyarakat dunia?

Minggu, 28 Juni 2009

Sekolah Dari Zaman Ke Zaman

Berilah anakmu pendidikan yang layak, karena mereka akan hidup di zaman yang berbeda sama sekali dengan zamanmu. Kalimat tersebut adalah salah satu pepatah dari Ali bin Abi Tholib ra. kepada sahabat-sahabatnya. Pepatah ini sudah berusia 14 abad, namun sangat terasa hari ini kebenarannya. Menurut wikipedia bahasa Indonesia; Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Jadi jelas tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi diri si peserta didik, tentunya hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Setiap zaman berbeda kebutuhannya. Ketika zaman keemasan raja-raja di Nusantara lalu, setiap masyarakat dididik sesuai dengan kelas sosialnya atau kastanya. Misalnya golongan agamawan mendidik anak-anaknya untuk belajar agama lebih dalam dari golongan lain. Kaum bangsawan mendidik anak-anaknya dengan pelajaran politik, etika, berperang dll. Begitu pula dengan kaum saudagar yang mendidik anaknya untuk menjadi pengusaha yang lebih hebat dari orang tuanya. Bahkan rakyat jelata pun turut mendidik anak-anaknya untuk menjadi rakyat kecil yang patuh kepada kerajaan. Disinilah populer dengan istilah "darah dan keturunan dalam profesi". Ketika masuk orang-orang Eropa (penjajah) ke wilayah Nusantara, maka terjadilah pergeseran orientasi pendidikan dalam keluarga-keluarga Nusantara. Karena di Eropa tengah terjadi pencerahan besar-besaran maka pengaruh ini pun turut berimbas ke Nusantara. Bagi sebagian masyarakat yang mengerti akan perubahan zaman, mereka mengupayakan pendidikan bagi anak-anaknya yang lain dari kebiasaan. Contohnya adalah ayahanda dari R.A. Kartini yang memasukan anaknya ini ke sekolah Belanda. Dimana menurut kebiasaan masyarakat Jawa waktu itu mereka hanya menyekolahkan anak lelakinya ke sekolah yang lebih tinggi. Ketika zaman memasuki era politik balas budi Belanda kian besarlah pergeseran budaya pendidikan itu. Seorang anak keturunan orang yang bukan bangsawan pun bisa menjadi Insinyur. Belanda memang sangat membutuhkan tenaga kerja pada waktu itu akibat pengaruh revolusi industri. Jadi, dibuatlah sekolah-sekolah bagi warga pribumi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di pabrik-pabrik, stasiun kereta api, perbengkelan, dan bidang-bidang lainnya. Tujuannya adalah mendapatkan tenaga kerja murah. Tapi tenaga kerja ini hanya menduduki level-level rendah, untuk level yang lebih tinggi tetap saja orang Belanda sendiri yang mendudukinya. Nah, sejak zaman Industri inilah bentuk dan konsep sekolah dipakai hingga zaman sekarang. Menurut Kang Ajip Rosidi dalam bukunya "Korupsi dan Kebudayaan", sekolah di Indonesia pasca kemerekaan merupakan bentukan sekolah-sekolah zaman Belanda. Seperti yang kita ketahui, sekolah di zaman Belanda ada 2 macam, yaitu sekolah untuk pribumi dan sekolah untuk kulit putih. Apa perbedaannya? apakah hanya dari muridnya saja? tentunya pembaca tahu bahwa bukan itu saja yang berbeda. Kurikulum yang menjadi nyawa bagi sekolah-sekolah dibuat berbeda. Anak-anak pribumi mendapatkan pelajaran untuk menjadi bangsa terjajah-menjadi pekerja bawahan, sedangkan anak-anak Belanda mendapatkan pelajaran untuk memimpin seperti ilmu manajemen. Anehnya begitu kita merdeka, sekolahnya masih meneruskan konsep sekolah pribumi untuk menjadi bangsa terjajah. Buktinya? ketika berakhir perang dunia ke-2 hampir semua negara dalam keadaan bangkrut. Belanda, Inggris, Perancis dan negara Eropa lainnya hancur akibat Nazi. Jerman dan Italia sudah pasti hancur karena mereka di pihak yang kalah. Jepang apalagi, hampir setiap kota di sana dikunjungi oleh bom-bom Amerika. Yang terdahsyat di Nagasaki dan Hiroshima. Amerika yang menjadi pemenang perang pun banyak sekali terkuras kekayaannya. Sampai-sampai waktu itu Piala Oscar yang menjadi icon perfilman Amerika dibuat dari kayu karena persediaan logam yang mengkhawatirkan. Tapi apa yang terjadi ketika beberapa waktu kemudian? Negara-negara yang menjadi biang kerok kekacauan di dunia ini maju sangat pesat walau dengan kondisi sumber daya alam yang minim. Tentunya faktor pendidikan sangat menunjang dalam kemajuan itu. Mereka punya visi yang dilaksanakan. Ada sepenggal kisah ketika Jepang dinyatakan kalah perang, Sang Kaisar memerintahkan kepada menterinya untuk menghimpun para guru. Beliau sadar akan pendidikan untuk memulihkan keadaan. Tapi walau begitu menurut Edward de Bono, kurikulum pendidikan di dunia tidak banyak berubah selama 60 tahun. Sedangkan di bidang industri setiap 3 tahun sekali selalu ada terobosan baru. Jadi sekarang dibutuhkan terobosan untuk menyusulnya. Lihat saja di sekitar kita ruangan SD atau SMP yang dulu kita pernah sekolah apakah ada yang berubah? Masih bangku dan papan tulis sebagai penghuni tetap, yang berganti paling-paling hanya bangunan yang diperbaharui dan gambar-gambar di dinding. Tapi lihat di rumah kita, ada DVD, HP, PS, Komputer, kulkas, microwave, Toyota Avanza dll. Apakah ini sama keadaannya seperti pada waktu kita SD dulu? Apa maksudnya? Seandainya sekolah-sekolah di Indonesia dilengkapi peralatan yang serba canggih, kurikulum yang memberikan terobosan dan pelatihan-pelatihan yang memberikan rangsangan untuk maju seperti di kelas-kelas motivasi bisnis. Tentunya akan lain keadaannya dengan sekarang ini. Seperti yang baru-baru ini berkembang, di Indonesia telah tumbuh beberapa lembaga konsultan pendidikan yang berbasis kepada potensi si anak. Tujuannya adalah memperkuat sisi kelebihan si anak. Beberapa orang diantaranya setelah konsultasi pindah ke bidang yang memang diminati si anak sehingga bisa berprestasi. Semoga ke depannya tidak ada lagi anak yang dikategorikan bodoh hanya karena salah masuk ke jurusan yang bukan bakatnya. Apakah Anda yakin bahwa sekolah-sekolah di Indonesia akan berubah seperti itu? Kalau saya yakin bisa!

Kamis, 25 Juni 2009

Bersakit-sakit Dahulu, Bersenang-senang Entah Kapan

Ketika dalam perjalanan ke Tanjung Priok dari Ciputat dalam bis AC135, saya mendengarkan siaran radio Smart FM yang menjadi kesukaan saya untuk cari inspirasi. Maklum lagi tergila-gila Stop Dreaming Start Action-nya Joko Susilo. Tapi sejak dulu saya memang senang mendengarkan radio motivasi ini. Maklum sedang belajar bisnis jadi saya harus banyak menyerap informasi. Dalam siaran tersebut dibahas mengenai kebahagiaan. Rupanya yang menjadi nara sumber itu adalah Arvan Pardiansyah pengarang buku Life is Beautiful. Dalam salah satu pembahasannya yang menarik adalah "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang entah kapan..." Menurut Bung Arvan jika kita menunggu-nunggu datangnya kebahagiaan, entahlah kebahagiaan itu akan datang atau tidak. Banyak orang berkata "aku akan bahagia jika sudah punya mobil...", "andai aku jadi direktur betapa bahagianya aku..". Masalahnya ketika apa yang diinginkan oleh kita itu betul-betul tercapai maka masalah-masalah baru akan datang. Ketika seseorang menjadi direktur biasanya akan bertambah sibuk pekerjaannya, waktu luangnya akan menjadi sempit dan kebiasaan-kebiasaan pun akan berubah. Ini sangat wajar karena memang begitulah konsekuensinya. Sungguh suatu topik yang sangat luar biasa. Ini menarik perhatian saya, maka ketika tiba di tujuan saya langsung buka internet dan mencari buku Life is Beautiful di google book. Dan dapat! Ada banyak kalimat yang luar biasa di sana. Salah satunya adalah "Ada satu tempat yang sangat jarang dikunjungi manusia. Tempat ini namanya hati." Berbagai masalah yang kita hadapi sebenarnya berakar dari tidak bersihnya hati. Seorang bijak mengatakan bahwa masalah yang ada di hadapan dan belakang kita sebenarnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan masalah yang ada di dalam hati kita. Bisa ditarik kesimpulan bahwa dalam kehidupan ini kita mengalami berbagai macam kejadian, yang mana kita sendiri-lah yang harus memilih untuk memberikan responnya. Kita sendiri juga yang menanggung resiko dari pilihan-pilihan kita. Kebahagiaan bukanlah di awang-awang, tapi kebahagiaan ada di diri kita sendiri. Seorang istri motivator internasional terkenal pernah ditanya apakah dia berbahagia dalam kehidupannya bersama sang suami. Jawabannya sangat mencengangkan bahwa dia berbahagia bukan karena suaminya, kebahagiaan datang dari dirinya. Dia juga bilang bahwa kebahagiaan itu tidak tergantung kepada orang lain tapi diri kita sendiri yang mengundangnya. Bagaimana cara mengundangnya? Baca saja di buku Life is Beautiful atau bisa dengarkan acaranya di Smart FM. Semoga tulisan ini bisa memberikan makna bagi para pembacanya. Terima kasih.

Selasa, 23 Juni 2009

Membangunkan Macan Tidur

Ketika saya menonton acara debat cawapres (23/6/09) di salah satu stasiun tv swasta nasional, saya jadi terinspirasi oleh perkataan Pak Prabowo Subianto mengenai keadaan negeri ini. Beliau mengatakan seratus juta lebih orang Indonesia hidup dari penghasilan di bawah Rp. 20.000,- per hari. Beliau juga mengajak rakyat Indonesia untuk melindungi sumber-sumber ekonomi dan aset bangsa. Jika kita tutup explorasi di tanah air dari bangsa lain, maka rakyat Indonesia akan merasakan kemakmuran. Begitu kurang lebih pemaparan visi dan misi beliau. Sebelumnya saya memohon maaf kepada para pembaca, posting ini bukan untuk kampanye Pak Prabowo. Sekali lagi, saya cuma terinspirasi dari perkataan beliau sehingga saya langsung Start Action (meminjam istilah Joko Susilo dalam kampanyenya Stop Dreaming Start Action) untuk menulis di blog ini. Keadaan Indonesia memang agak ketinggalan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga lain. Luasnya wilayah, banyaknya penduduk & berlimpahnya sumber daya alam ternyata tidak serta merta mengangkat martabat bangsa ini. Sekarang malah menjadi sapi perahan bagi bangsa lain. Tenaga kerja kita yang sudah murah malah dilecehkan. Keamanan tidak stabil sehingga kepercayaan masyarakat internasional menurun. Tingkat pengangguran sangat besar, pada tahun 2007 sudah mencapai 44 juta jiwa. Dalam perjalanan sejarah bangsa ini, nama Indonesia pernah berkibar di dunia internasional. Ketika jaman Bung Karno, bangsa ini terkenal sebagai penggerak anti kolonialisme dan imperialisme. Hal ini ditandai dengan berkumpulnya bangsa-bangsa se-Asia dan Afrika di Bandung untuk suatu konferensi. Ketika jaman Pak Harto, Indonesia terkenal sebagai Macan Asia. Menjadi sesepuh bagi negara tetangga pada organisasi ASEAN. Dan masih banyak lagi prestasi bangsa ini yang patut dikenang dan dijadikan motivasi untuk bangkit. Sejak masa reformasi hingga sekarang bukan berarti bangsa ini surut dalam berprestasi. Banyak prestasi-prestasi yang diukir oleh anak bangsa. Tapi prestasi ini seolah tenggelam dalam hiruk-pikuk kekacauan nasional. Saya sebagai salah seorang rakyat Indonesia merasa sangat prihatin dengan keadaan ini. Namun apa yang bisa saya perbuat? Mungkin tulisan ini bisa menyentil beberapa pembaca agar bisa ikut mengobarkan semangat rakyat Indonesia untuk mengukir prestasi yang lebih banyak. Saya yakin dengan ukiran prestasi yang sekecil apapun, maka lama-lama akan terkumpul juga sehingga terciptalah prestasi yang besar. Mengambil contoh negara Jepang yang pada akhir perang dunia ke-2 keadaannya sangat-sangat bangkrut.Tapi dengan semangat yang tinggi dari para individunya, akhirnya tidak selang berapa lama bangsa ini kembali bercahaya. Jika kita ibaratkan negara ini sebagai rumah yang sedang dibangun, maka saya paling cuma bisa menyumbangkan sepotong bata merah. Mungkin saudara kita yang lain ada yang mampu menyumbang sekarung pasir, beberapa kilo semen, sepotong kayu, beberapa bola lampu, sebuah keset, sebuah kran air, dll. Untuk membangun peradaban di negeri ini memang tidak bisa sekaligus. Setiap individu menyumbangkan apa yang dia sanggup, dengan beragam kualitas serta kuantitas. Yang penting perannya bisa maksimal. Disini kita sebagai blogger baik pemula ataupun yang sudah kawakan, mungkin ada yang baru bisa memberikan tulisan berisi kata-kata motivasi yang membangun. Tapi ada juga yang sudah bisa memberikan ilmu kepada sesama blogger. Ada juga yang sudah bisa memberikan peluang penghasilan sehingga terbukalah "lapangan kerja" yang baru. Semoga apa yang kita berikan ini bisa menjadi pengisi pembangunan bangsa kita yang tercinta ini. Semoga ke depannya kita bisa memberikan sesuatu yang lebih bermakna bagi bangsa ini. Membangunkan macan yang sedang tidur. Amiin.

Senin, 22 Juni 2009

Action Penentu Terwujudnya Dreaming

Membaca artikel Joko Susilo yang sedang mengkampanyekan Stop Dreaming Start Action, saya jadi teringat akan buku ESQ karya Ary Ginanjar Agustian. Dalam salah satu pembahasannya disebutkan bahwa, cita-cita atau impian itu cetak biru suatu tujuan. Cetak biru ini akan ada padanannya yang berbentuk kenyataan. Ketika kita mempunyai impian (abstrak) maka sebenarnya impian itu telah mempunyai padanannya dalam bentuk riil. Tinggal bagaimana cara kita dalam mewujudkannya. Disinilah peran Action, sebagai pengantar sekaligus penjemput impian kita menjadi kenyataan. Sejauh ini saya melihat banyak sekali teman-teman yang, alhamdulillah, sudah mulai berani bermimpi. Selama ini orang-orang tua kita kebanyakan mengajarkan agar anak-anaknya untuk selalu "melihat kenyataan" dan "melihat kebelakang". "Kita kan orang kampung, gak usah sekolah tinggi-tinggi", "sudah jangan terlalu melambung pikiranmu nanti gak kesampaian", "ulah sok ngalamun bisi teu ngalaman" (jangan suka melamun takut tidak mengalami). Itulah kata-kata yang sepintas memang benar tapi sebenarnya sedang membunuh kreativitas seorang anak. Maka sang anak pun kembali ke dunia yang biasa-biasa saja. Saya tidak berniat untuk menyalahkan para orang tua kebanyakan. Saya sangat memaklumi pendirian mereka itu. Sebenarnya mereka berkata demikian adalah untuk melindungi anak-anaknya. Mereka tidak tahu bagaimana cara menghadapi dan mengarahkan pendirian anak-anaknya. Mungkin mereka belum mengenal ilmu motivasi seperti yang ada di berbagai media massa baru-baru ini. Buktinya mereka akan sangat senang ketika dream si anak terwujud. Dulu ketika belum terwujud, si ortu ini bingung karena keadaan yang serba tidak memungkinkan. Ketika kita sudah mulai berani mempunyai impian, maka langkah selanjutnya adalah Action, itu teorinya. Tapi yang terjadi adalah kita macet untuk melakukan Action. Kenapa? Salah satunya adalah karena rasa takut. Ya, rasa takut telah menjadi penghalang terbesar dalam meraih tujuan-tujuan hidup. Ketakutan ini biasanya menjelma ke dalam berbagai bentuk alasan. Baik itu yang logis sampai yang mengada-ada. Contohnya adalah takut dikritik oleh orang lain. Padahal sebagus apapun atau sebaik apapun karya kita, tetap saja ada pro dan kontra. Intinya, kita tidak bisa memuaskan semua orang. Kanan diperbaiki, kiri mencela. Kiri dibikin bagus, eh.. yang kanan protes habis-habisan. Betul kita harus mendengarkan keluhan orang lain tapi tidak semua bisa ditanggapi. Joko Susilo membahas dalam salah satu artikelnya bahwa yang membedakan antara pemenang dan pecundang itu adalah Action. Hampir semua Action untuk meraih Dreaming biasanya harus keluar dari zona nyaman. Ini juga bisa jadi salah satu penghalang, orang kadang takut untuk keluar dari zona nyaman. Karena menurut pemikirannya disitu sudah menanti hukuman. Entah itu dikucilkan orang lain, menurunnya kepercayaan masyarakat, terganggunya waktu dengan keluarga, kesenangan yang terbengkalai dan lain-lain. Jadi, untuk meraih dreaming biasanya diperlukan mental yang kuat. Kegagalan demi kegagalan akan terus menghampiri itu sudah hukum alam. Mengenai kegagalan, ini juga diperlukan sudut pandang yang baru. Memandang kegagalan sebagai batu pijakan akan lebih ringan dibandingkan dengan memandang kegagalan sebagai batu sandungan. Hasilnya akan jauh berbeda. Jika boleh saya ibaratkan; dreaming/impian itu sebagai tempat tujuan, action/bertindak itu adalah kendaraannya, motivasi sebagai bahan bakarnya, perencanaan sebagai penunjuk jalan, evaluasi sebagai setirnya supaya tidak ngawur ke sana-sini. Oleh karena itu saya sangat mendukung kampanye Stop Dreaming Start Action. Jadi ketika ANDA sudah punya tujuan atau DREAMING, segera naiki kendaraannya dan GO ACTION!!

Kamis, 18 Juni 2009

Berita Dahsyat Yang Bikin Action

Setelah sekitar 2 tahun terus ditawari oleh JokoSusilo.com akhirnya perhatian saya jadi tersedot ke arah sana. Memang saya belum bergabung, tapi ini benar-benar sangat menarik perhatian saya. Disamping ilmu dalam bidang blog yang belum saya kuasai juga saya belum begitu yakin dengan penghasilan di internet. Saya memang tidak begitu memperhatikan tadinya. Saya suka sekali buka internet di warnet tapi cuma melihat-lihat apa yang terjadi. Mungkin karena keterbatasan pengetahuan, akhirnya saya jadi pasif. Ketika saya bergabung dengan DBS - sebuah perusahaan network marketing di bidang pulsa-, mulailah saya dipaksa harus "berurusan" dengan dunia internet. Ketika saya dianjurkan, bahkan dibuatkan blog oleh upline DBS saya, maka kembali saya dipaksa untuk "berurusan lebih dalam" dengan dunia internet. Sekarang saya memang sangat membutuhkan blog untuk pengembangan bisnis dan pergaulan saya. Maka mulailah saya membuka-buka buku, website dan blog tentang internet untuk mencari berbagai tips dan "how to" mengenai blog. Semenjak itu setiap saat saya selalu dikirimi email dari JokoSusilo.com, iseng-iseng saya baca tips-nya. Ketika blog DBS ini mendapatkan sambutan maka semakin bersemangatlah saya dalam mengutak-atik blog ini. Keinginan untuk memiliki blog yang sering dikunjungi orang pun semakin besar. Maka semakin getol pula saya membaca tips-tips mengenai blogging. Rupanya saya mulai terkena penyakit blogaholic, entah stadium berapa. Yang jelas hampir semua teman-teman saya suruh untuk membuat blog pribadi mengenai kegiatannya. Sampai-sampai saya rela untuk membuatkan mereka blog sederhana. Yang penting biar mereka jadi banyak teman! Itu niat saya. Sampai sekarang yang saya lakukan adalah membaca dan membaca. Setiap kali ada email dari JokoSusilo.com saya meluangkan waktu untuk belajar. Artikel yang sangat menggugah adalah ketika Pak Joko membahas tentang kesederhanaan dalam berusaha, ini sangat menginspirasi saya. Luar Biasa! Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Akhirnya saya mulai bisa mengembangkan keterampilan mengenai blogging di opera. Walau masih sangat minim alias masih melongo ketika orang lain membicarakan blog, tapi saya merasa sangat antusias. Memang betul kata orang bahwa ketika dalam keadaan bingung sekalipun cobalah untuk bergerak walau sedikit. Dari situ tentunya kita akan mendapatkan secercah cahaya yang akan membawa kita kepada tujuan. Hasilnya gimana nanti, yang penting kita bisa berikhtiar. Setujuuu?
Alhamdulillah, berkat pelajaran gratis yang diberikan oleh Pak Joko Susilo akhirnya saya mulai menjadi blogger walau masih amatiran. Hingga ketika ada pengumuman Joko Susilo Gelar Kontes SEO berhadiah 25 juta Rupiah, maka tergeraklah saya untuk semakin menulis dan belajar lebih lanjut.
Dan yang paling penting adalah saya sangat setuju sekali dengan kampanye STOP DREAMING START ACTION! Hal ini juga persis seperti yang saya alami selama ini, hidup tanpa "action" akan melahirkan kegagalan. Sekarang saya semakin berani untuk bertindak di pekerjaan saya dan menulis di blog. Terima kasih Pak Joko Susilo. Program kontes ini ternyata menggerakkan orang-orang yang tadinya diam. Ini suatu program yang cerdas, memprovokasi masyarakat untuk lebih mengenal teknologi bahkan memanfaatkannya. Saya yakin setelah ini masyarakat Indonesia akan semakin bergairah untuk menulis.
Kepada para pembaca yang juga setuju dengan kampanye ini silahkan klik buton di bawah ini sebagai tanda dukungan anda terhadap STOP DREAMING START ACTION!.